ESENSI HAKEKAT ILMU DALAM
AL-QURAN
TAFSIR BEBERAPA AYAT
Makalah ini Ditulis Untuk
Dipresentasikan Dalam Mata
Kuliah:
”Tafsir Tarbawi”
Dosen Pembimbing:
Fauzi, S. Sos, MA
Penulis:
Joni
ST. Mahfia Yusuf
PAI IIIB
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
STAI IBNU
SINA BATAM
T.A. 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita
semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula,
penulis dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi yang insyaallah tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
banyak terdapat banyak kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang
membangun sangat kami butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah
yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amiin.
Batam , 1 Oktober 2015
Kelompok II,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 4
B. Rumusan masalah....................................................................................... 4
C. Tujuan Pembelajaran.................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Ayat, terjemah, mufradat,
asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al-
Mujadalah ayat 11....................................................................................... 6
B. Ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul,
maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat Thoha ayat 114.............................................................................................................. 9
C. Ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul,
maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat an- Namal ayat 15......................................................................................................... 12
D. Ayat, terjemah, mufradat,
asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al-Qashash
ayat 14......................................................................................................... 16
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 22
B. Saran........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh
Allah swt dibandingkan makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak
pada kemampuan akal pikirannya / kecerdasannya. Dengan kemampuannya ini manusia
mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang.
Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan
memerlukan apa yang kita sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak
adanya peradaban yang diawali dengan proses kependidikan dalam lingkup yang
masih terbatas.
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun informal dalam
membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan.
Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam
proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas, dengan tanpa
mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses
penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat,
dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu
perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai basis
rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut
syara dalam surat al- Mujadalah ayat 11?
2. Bagaimana ayat,
terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara
dalam surat Thoha ayat 114 ?
3. Bagaimana ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan
tafsir atau menurut syara dalam surat an- Namal ayat 15 ?
4. Bagaimana ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul,
maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al-Qashash ayat 14 ?
C. Tujuan
Pembelajaran
1. Untuk mengetahui ayat,
terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara
dalam surat al- Mujadalah ayat 11
2. Untuk mengetahui ayat,
terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara
dalam surat Thoha ayat 114
3. Untuk mengetahui ayat,
terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara
dalam surat an- Namal ayat 15
4. Untuk
mengetahui ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau
menurut syara dalam surat al-Qashash ayat 14
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pembahasan
ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut
syara dalam surat al- Mujadalah ayat 11
Surat al-Mujadalah terdiri
dari 22 ayat, termasuk golongan surat Madaniyah diturunkan
sesudah surat al-Munafiqun. Surat ini dinamai
"al- Mujadalah" (wanita yang mengajukan gugatan), karena
pada awal surat ini disebutkan bantahan
seorang wanita. Dan
dinamai juga "al-Mujadalah", yang berarti perbantahan.[1]
1.
Ayat dan
terjemah surat al- Mujadalah Ayat 11
يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْااِذَاقِيْلَ
لَكُمْ تَفَسَّحُوْافىِ المَجَلِسِ فَافْسَحُوْايَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ*
وَاِذَاقِيْلَ انْشُزُوْافَانْشُزُوْايَرْفَعِ
اللهُ الَذِ يْنَ اَمَنُوْامِنْكُمْ*وَالَّذِّ يْنَ اُوْتُوْااْلعِلمَ
دَرَجَتٍ*وَاللهُ بِمَاتَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ[المجادلة
11]
Artinya:
Hai orang-orang
yang beriman,
apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah
dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah
SWT akan melapangkan
(tempat) untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdiri, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang
yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
SWT Maha Mengetahui
apa
yang kamu kerjakan". (QS.al-
Mujadalah ayat : 11).[2]
2.
Mufradat
(penjelasan kata) dari surat al- Mujadalah Ayat 11
a.
( تَفَسَّحُ ): lapangkanlah, dan hendaknya sebagian kamu
melapangkan kepada sebagian yang lain.
b.
( يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ ): Allah melapangkan rahmat dan rezekinya untukmu
c.
( انْشُزُوْا ): Bangkitlah untuk memberi kelapangan kepada orang-orang yang
datang.
d. ( فَانْشُزُوْا ): Bangkitlah kamu dan jangan berlambat-lambat.
e. ( يَرْفَعِ اللهُ الَذِ يْنَ
اَمَنُوْا ): Allah
meninggalkan orang-orang yang beriman
f. ( وَالَّذِّ يْنَ اُوْتُوْااْلعِلمَ دَرَجضتٍ ) : Dan Allah meninggikan
orang-orang yang berilmu diantara mereka, khususnya derajat-derajat dalam
kemuliaan dan ketinggian kedudukan.[3]
3. Asbabun Nuzul dari surat al- Mujadalah Ayat 11
Menurut Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bahwa
ayat ini turun pada hari jum'at,
di saat pahlawan-pahlawan Badar datang ke tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa
mereka berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-tamu itu
(pahlawan Badar) disuruh duduk di tempat mereka.
Orang-orang yang disuruh
pindah tempat itu merasa tersinggung perasaannya. Dan juga
ayat ini turun sebagai perintah kepada kaum mukmin untuk mentaati
perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama
mukmin.[4]
4.
Munasabah dari surat al- Mujadalah Ayat 11
a.
Hubungan dengan
surat al-Hadiid (sebelumnya).
Pada surat al-Hadiid disebutkan
beberapa Asmaul Husna, di antaranya "al-Bathin" dan
"mengetahui segala sesuatu" sedang pada al-Mujadalah disebutkan bahwa Allah SWT mengetahui pembicaraan- pembicaraan yang dirahasiakan. Dan di akhir surat al-Hadiid disebutkan bahwa Allah
SWT mempunyai karunia-Nya kepada wanita, yaitu dengan menghilangkan hal-hal yang merugikan pihak wanita pada hukum zhihar
yang berlaku di kalangan Arab Jahiliyah.[5]
b.
Hubungan dengan
surat al- Hasyr (sesudahnya)
Pada
akhir surat al-Mujadalah Allah SWT menyatakan
bahwa agama Allah SWT akan menang,
sedang pada permulaan
surat al- Hasyr diterangkan salah satu kemenangan itu,
yaitu pengusiran Bani Nadhir dari Madinah.
Dalam surat al-Mujadalah Allah
menyebutkan bahwa orang- orang yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya
akan mendapat kebinasaan. Sedang dalam surat al-Hasyr Allah SWT
menyebutkan bahwa orang-orang yang
menentang Allah SWT dan Rasul-Nya akan mendapat azab yang
sangat.[6]
5. Tafsir isi kandungan dari surat al- Mujadalah Ayat 11
Dalam pembahasan ini, penulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli tafsir
(mufassir) sebagai berikut:
a. Dalam tasir al- Misbah
Ayat ini menerangkan
tentang perintah untuk memberi kelapangan dalam segala hal kepada orang lain. Ayat ini juga tidak menyebut secara tegas bahwa
Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang
berilmu. Tetapi menegaskan
bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni yang
lebih tinggi dari sekadar beriman, tidak disebutkan kata meninggikan
itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimiliki itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu.[7] Yang dimaksud dengan الَّذِّ يْنَ اُوْتُوْااْلعِلمَ yang diberi pengetahuan adalah mereka
yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini
berarti ayat di atas membagi kaum beriman jadi dua, yang pertama sekadar beriman dan beramal
saleh, yang kedua beriman, beramal saleh serta memiliki
pengetahuan. Derajat kedua kelompok
ini menjadi lebih
tinggi, bukan saja karena nilai
ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya
kepada pihak lain baik secara lisan
atau tulisan maupun
keteladanan.[8]
Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan hanya ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dan dalam
pandangan al-Qur'an ilmu tidak hanya ilmu agama,
tetapi juga yang menunjukan bahwa ilmu itu
haruslah menghasilkan rasa takut dan kagum pada Allah SWT, yang
pada gilirannya mendorong
yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan mahkluk.[9]
b.
Dalam tafsir al- Maraghi
Ayat ini mencakup pemberian kelapangan
dalam menyampaikan segala macam kebaikan kepada kaum
muslimin dan yang menyenangkannya. Dan Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang mukmin
dengan mengikuti perintah-perintah-Nya,khususnya orang-orang yang berilmu di antara mereka,
derajat-derajat yang banyak dalam
hal pahala dan tingkat-tingkat keridhaan.[10]
B.
Pembahsan
ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut
syara dalam surat Thoha ayat 114
Surah Ta Ha (Arab: طه , Tā-Hā, "Ta Ha") adalah surah ke-20 dalam al-Qur'an.
Surah ini terdiri atas 135 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah.
Surah ini dinamai Ta Ha, diambil ayat pertama surah ini. Sebagaimana juga yang
lazim terdapat pada surah-surah yang memakai huruf-huruf abjad
pada permulaannya, di mana huruf tersebut seakan-akan merupakan pemberitahuan Allah kepada
orang-orang yang membacanya, bahwa sesudah huruf itu akan dikemukakan hal-hal
yang sangat penting diketahui, maka demikian pula halnya dengan ayat-ayat yang
terdapat sesudah huruf Ta Ha dalam surah ini. Allah menerangkan bahwa
Al-Quran merupakan peringatan bagi manusia, wahyu dari Allah, Pencipta semesta
alam. Kemudian Allah menerangkan kisah beberapa nabi; akibat-akibat yang telah
ada akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Allah dan orang-orang
yang mengingkari-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.
1. Ayat dan
terjemah surat Thaha ayat 114
Artinya
:
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang
sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Alquran sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan”. (Q.S.Thaha:114).
2. Mufradat (penjelasan kata) dari surat Thaha ayat 114
a. فَتَعَلَى اللهُ: Maka Maha Tinggi Allah
b. اَ لْمَلِكُ اَلْحَقُ: Raja Yang sebenar-benarnya
c. ولا تعجل بالقرأن : Dan janganlah kamu tergesa-gesa (membaca)
Alquran
d. من قبل أن يقضى: Sebelum
disempurnakan
e. إِلَيْكَ:
Kepadamu
f.
وَحْيُهُ: Mewahyukan
g.
وَقُل: Dan katakanlah
h.
رَّبِّ: Ya Tuhanku
i. زِدْنى:
Tambahkanlah kepadaku
j. العلما: Ilmu
(pengetahuan)
3. Asbabun
Nuzul dari surat Thaha ayat 114
Dalam hadits Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah SAW
menggerak-gerakkan bibirnya ketika wahyu diturunkan. Menghafal ayat-ayat Al-Qur’an mula-mulanya terlalu berat
bagi beliau. Itulah
sebabnya ketika Jibril menyampaikan wahyu itu Rasulullah SAW segera saja
mengikuti dengan gerakan lidah dan bibirnya karena takut luput dari ingatan;
padahal Jibril belum selesai membaca. Hal ini
terjadi sebelum turunnya Surah Taha, dan
semenjak adanya teguran Allah dalam Ayat ini tentu beliau sudah tenang dalam
menerima wahyu tidak perlu cepat-cepat menangkapnya
4. Munasabah surat dari surat Thaha ayat 114
a. Hubungan dengan surat Qiyamah ayat 16-19 Alloh
berfirman (sesudahnya)
لاتحرك به لسانك لتعجل به
, إن علينا جمعه وقرأنه, فإذا قرأناه فاتبع قرأنه,ثم إن علينا بيانه
Artinya:“Janganlah
engkau gerakkan lisanmu untuk (membaca) Al Qur’an,sesungguhnya atas tanggungan
Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, Apabila
Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacannya itu.
Kemudian,sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya”
5. Tafsir
atau menurut syara isi kandungan dari surat Thaha ayat 114
Dalam pembahasan ini,
penulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli tafsir (mufassir) sebagai berikut:
a.
Dalam tafsir Ibnu Katsir
Di dalam tafsir Ibnu
Katsîr (tt:279) dijelaskan, Allah berfirman : “janganlah engkau tergesa-gesa
membaca al-Qur`ân sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, hai Muhammad”.
b.
Tafsir Al- Mishbah.
Dalam ayat 114 ini
juga merupakan tuntutan kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk tidak membacakan, yakni
menjelaskan makna pesan – pesan Al – Qur’an kepada sahabat – sahabat beliau
setelah jelas untuk beliau maknanya, baik setelah merenungkankannya secara
sungguh – sungguh maupun sebelum datangnya malaikat Jibril as untuk mengajarkan
kepada beliau tentang maknanya.
C.
Pembahasan ayat, terjemah, mufradat, asbabun
nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat an- Namal ayat 15
Nama
surat ini An-naml yang berarti semut ,surat an-namal memiliki 93 ayat dan surat
ini turun dimekah. surat yaitu karena
bernama semut itu ada dalam ayat 18 dan 19, seketika seekor semut itu berkata
pada temannya agar mereka bersembunyi dalam sarang-sarangnya karena tentara
nabi sulaiman akan melalui tempat ini dan jangan sampai mereka hancur terinjak
tentara-tentaranya itu. Lalu diterangkan dalam ayat 19 bahwa apa yang dikatakan
seekor semut itu didengar oleh Nabi sulaiman karena Nabi faham dan artinya,
lalu beliau bersyukur kepada Allah atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan
Allah kepadanya.
1. Ayat dan terjemah surat al- Namal Ayat 15
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan
keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari
kebanyakan hamba-hambanya yang beriman".
2. Mufradat (penjelasan kata) dari surat al- Namal Ayat 15
a. ولقَدْ اتَيْنَا داودوسُلَيْمان: Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Daud dan
Sulaiman.
b. :عِلْمًا ilmu
c. و قالاً:
dan keduanya mengucapkan
d. الحمدُ للهِ الَّذِى
فَضَّّلْنَا: segala puji bagi Allah yang telah melebihkan kami dengan
dan ditundukkannya jin, manusia dan setan-setan.
e. على كثيرٍ مِنْ
عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ : dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.
3. Asbabun
Nuzul dari surat dari surat al- Namal Ayat 15
Tentang kerajaaan Daud dan
uteranya Sulaiman. Artinya nabi-nabi dan rasul-rasul Allahpun pernah mencapai
kekuatan dan kekuasaan sebagai fir’aun itu pula, namun mereka tidaklah sombong
karena mendapat nikmat Allah itu, melainkan bersyukur. Dalam pada itu , diwaktu
ia mencapai puncak kebesaran dan kekuasaan itu, tidak lupa beliau melakukan
dakwah. Malahan seorang raja perempuan di zamannya, Ratu dari bangsa arab
purbakala yang memerintah di negeri saba’ akhirnya takluk dan berlindung ke
bawah panji-panji kerajaan besar sulaiman dan menukar agamanya yang tadinya
menyembah matahari kepada menyembah Allah.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa ‘Umar
bin ‘Abdul ‘Aziz menulis surat yang isinya: “Sesunggunya Allah tidak memberikan
nikmat kepada hamba-Nya, lalu ia memuji Allah karenanya melainkan pujiannya itu
lebih utama daripada nikmat-Nya itu sekalipun engkau tidak mengetahui hal
tersebut kecuali di dalam kitab Allah yang diturunkan.”
4. Munasabah dari surat al- Namal Ayat 15
a.
Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu
surah
1)
Dalam surat al- Namal Ayat 15
yang
Artinya : dan sesungguhnya telah kami berikan ilmu kepada daud dan sulaiman.
Dan keduanya telah mengatakan: segala puji-pujian bagi Allah yang telah melebih
utamakan kami dari hamba-hambanya yang beriman
2)
Dalam surat al- Namal Ayat 16
Yang artinya: Dan sulaiman yang mewarisi daud
dan dia pernah berkata: wahai manusia! Telah diajarkan kepada kami percakapan
burung dan telah dianugerahkan kepada kami dari segala sesuatu. Sesungguhnya
ini adalah benar-benar suatu kurnia yang nyata.
Dengan
dilihat ayat 15 beliau diberi Allah ilmu-ilmu yang perlu didalam memimpin
rakyat, memimpin perajurit-perajurit yang tangkas dimedan perang, nabi dan raja
daud ahli membuat baju besi, dan pandai memainkan musik dengan suara merdu yang
nyanyiannya penuh dengan pujian-pujian kepada ilahi. Demikian juga sulaiman
terkenal dalam berbagai ilmu dan sulaiman memiliki kelebihan yang melebihi
ayahnya. Dan raja nabi beranak itu mensyukuri kepada tuhan atas nikmat yang
dianugerahkan Allah kepada mereka diantara hamba-hamba Allah yang beriman. Maka
selanjutnya ayat16 mewarisi disini adalah ilmu pengetahuan yang diberi Allah
kepada nabi sulaiman yaitu mendengar perkataan binatang dll. Oleh karena ilmu
khusus itu yang dianugerahkan Allah kepada nabi sulaiman maka tanda bersyukur
kepada Allah tidak ia smbunyikan.[11]
5. Tafsir
atau menurut syara isi kandungan dari surat al- Namal Ayat 15
a. Dalam Tafsir Al-
Azhar
“Dan sesungguhnya telah
kami berikan ilmu kepada daud dan sulaiman” (pangkal ayat 15) Di dalam ayat ini
ilmu pengetahuan disebutkan yaitu secara umum bukan secara khusus, sebab itu
beliau sebagai kepala negara , beliau di beri Allah ilmu dalam memimpin rakyat,
dan Nabi dan raja daud ahli dalam membuat baju besi untuk untuk dipakai
berperang dan sebagai sebuah negara besar, maka raja harus pandai bermain musik
.[12]
Demikian juga putra
beliau sulaiman. Nabi dan raja sulaiman ini pun terkenal dalam berbagai ilmu
bahkan banyak hal yang melebihi ayahnya. Misalnya diajarkan tuhan untuk
mengetahui bunyi burung apa artinya. Dan kelebihan dia dari ayahnya karena
beliaupun memiliki ilmu itu dapat menundukkan jin-jin halus yang dapat
diperintahnya: dan keduanya telah m[13]engatakan:
segala puji-pujian bagi Allah yang telah melebih utamakan kami dari hamba
–hambanya yang beriman!(ujung ayat 15).
Ujung ayat ini menyatakan
bahwa raja-nabi dua beranak itu bersyukur kepada tuhan atas nikmat yang telah
dianugerahkan allah kepada mereka, diantara hamba-hamba Allah yang
beriman.Disini pula ayat Allah memberikan tuntunan kepada manusia, bahwa
apabila mereka mendapat nikmat kerajaan dan kekuasaan. Hendaklah mereka
bersyukur dan janganlah menyombong.
b.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala mengabarkan
tentang nikmat yang diberikan kepada dua orang hamba dan Nabi-Nya yaitu Dawud
dan puteranya, Sulaiman as. untuk itu Allah berfirman: wa laqad aatainaa
daawuuda wa sulaimaana ‘ilmaw wa qaalal hamdulillaaHil ladzii fadl-dlalanaa ‘alaa
katsiirim min ‘ibaadiHil mu’miniin (“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu
kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah
yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.”)
Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan bahwa ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menulis surat yang isinya:
“Sesunggunya Allah tidak memberikan nikmat kepada hamba-Nya, lalu ia memuji
Allah karenanya melainkan pujiannya itu lebih utama daripada nikmat-Nya itu
sekalipun engkau tidak mengetahui hal tersebut kecuali di dalam kitab Allah
yang diturunkan.”
Allah Ta’ala berfirman:
wa laqad aatainaa daawuuda wa sulaimaana ‘ilmaw wa qaalal hamdulillaaHil ladzii
fadl-dlalanaa ‘alaa katsiirim min ‘ibaadiHil mu’miniin (“Dan sesungguhnya Kami
telah memberi ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala
puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang
beriman.”) nikmat manakah yang lebih utama dibandingkan dengan apa yang
diberikan kepada Dawud dan Sulaiman as.
D.
Pembahasan
ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut
syara dalam surat al-Qashash ayat 14
Nama
surat ini ialah al Qashash yang berarti beberapa cerita. Surat ini diturunkan
di Makkah berjumlah 88 ayat. Dan nama ini diambil dari kalimat al Qashash yang
tersebut ayat 25 yaitu menceritakan bahwa nabi musa sampai ke negeri maydan,
bertemu ayah dan kedua anak perempuan yang ditolongnya menimba air untuk minum
kambingnya itu diceritakannyalah segala kisah tentang dirinya itu dan memanglah
surat yang satu ini juga berisi pengalaman dan perasaaan nabi musa.dan kemudian
di penutup ada lagi kisah yaitu Qarun.
1. Ayat dan terjemah surat al-Qashash 14
Artinya: Dan
setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah
(kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.
2. Mufradat (penjelasan kata) dari surat al-Qashash 14
a.
و لمّا
بلغ أشدّه
: Dan setelah Musa cukup umur
b.
واسْتوى : Dan sempurna akalnya
c.
اتينا
حكما : Kami berikan
kepada-Nya hikmah
d.
و علما : Dan ilmu
e.
و كذلك : Dan demikianlah
f.
فجزى
المحسنين : Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
3. Asbabun
Nuzul dari surat al-Qashash 14
Sebab-sebab diturunkan ayat ini pada
saat itu terdapat sebuah raja yang kuat dan zalim pada saat itu. Dan pada saat
itu juga musa lahir dalam golongan bani israil yaitu golongan yang hina oleh
karena itu Musa dihanyautkan oleh ibunya ke sungai nil, dan ketika itu
ditemukan ia oleh istri raja firaun dan musa dibawa ke istana . Disana Musa
dididik
di bawah bimbingan dan penjagaan Allah SWT. Pendidikan Musa dimulai di rumah
Fir'aun di mana di dalamnya terdapat ahli pendidikan dan para pengajar. secara
sederhana Fir'aun rnampu mengumpulkan para pakar pendidikan dan para
cendekiawan. Demikianlah hikmah Allah SWT berkehendak agar Musa terdidik di
bawah pendidikan yang besar dan ditangani pakar-pakar pendidikan yang terlatih.
Ironisnya, hal ini terjadi di rumah musuhnya yang pada suatu hari nanti akan
hancur di tangannya, sebagai bentuk pelaksanaan dari perintah Allah SWT.
Musa
tumbuh di rumah Fir'aun. Beliau mempelajari ilmu hisab, ilmu bangunan, ilmu
kimia, dan bahasa. Beliau tidur di bawah bimbingan agama. Oleh karena itu, Musa
tidak mendengar omongan kosong yang dikatakan oleh pendidik tentang ketuhanan
Fir'aun. Jarang sekali ia mendengar bahwa Fir'aun adalah tuhan. Beliau pun
menepis pernyataan dan anggapan ini. Beliau tinggal bersama Fir'aun di satu
rumah. Beliau mengetahui lebih daripada orang lain bahwa Fir'aun hanya sekadar
manusia biasa tetapi ia orang yang lalim. Musa mengetahui bahwa ia bukanlah
anak dari Fir'aun. Beliau adalah salah seorang dari Bani Israil. Beliau
menyaksikan bagaimana pengawal-pengawal Fir'aun dan para pengikutnya menindas
Bani Israil. Akhirnya, Musa tumbuh besar dan mencapai kekuatannya.
4. Munasabah dari surat al-Qashash 14
a.
Hubungan dengan
surat an-
Namal ayat 10 (sebelumnya).
Pada ujung ayat surat an- namal Yaitu memberikan isyarat kepada nabi
musa bahwa seorang hamba allah dipanggil untuk mendekatinya , pastilah akan
mendapat ujian semacam itu. Dan itu tidak apa-apa, karena itu semata-mata
perkembangan dari pada kenaikan martabat jiwa, bertambah tinggi martabat jiwa ,
bertambah banyak bertemu yang ganjil maka bertambah biasalah diri menghadapinya ,
sehingga keballah jiwa itu dan pantas menerima gelar Rasul Allah[14]
b. Munasabah
antara ayat dengan ayat dalam satu surah
Setelah menceritakan tentang masa
bayi Musa, lalu Allah menceritakan masa dewasanya; bahwa setelah Musa berusia
dewasa, Dia menganugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu. Menurut Mujahid
ditafsirkan dengan kenabian.
{وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ}
Dan demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Qashash: 14)
Selanjutnya Allah menceritakan
penyebab atau latar belakang yang menghantarkan Musa sampai kepada tingkatan
kenabian dan diajak berbicara langsung oleh-Nya sesuai dengan apa yang telah
ditakdirkan untuknya, yaitu keterlibatannya dalam kasus pembunuhan terhadap
seorang Egypt. Peristiwa inilah yang melatarbelakangi keluarnya dia dari negeri
Mesir menuju ke negeri Madyan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ
مِنْ أَهْلِهَا}
Dan Musa masuk ke kota (Memphis)
ketika penduduknya sedang lengah. (Al-Qashash: 15)
Ibnu
Juraij telah meriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas, bahwa hal
tersebut terjadi antara waktu magrib dan isya. Ibnul Munkadir meriwayatkan dari
Ata ibnu Yasar, dari Ibnu abbas bahwa hal itu terjadi di tengah hari. Hal yang
sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair Ikrimah, As-Saddi, dan Qatadah.
{فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلانِ}
maka didapatinya di dalam kota itu
dua orang laki-laki yang berkelahi. (Al-Qashash: 15)
Yakni
keduanya terlibat dalam perkelahian saling memukul dan saling memaki.
{هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ}
yang seorang dari golongannya. (Al-Qashash:
15)
Yaitu dari kalangan kaum Bani
Israil.
{وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ}
dan seorang (lagi)
dari musuhnya. (Al-Qashash: 15)
Yakni
dari kaum Egypt. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Qatadah, As-Saddi,
dan Muhammad ibnu Ishaq. Lalu orang Bani Israil meminta tolong kepada Musa
a.s., dan Musa menjumpai kesempatan yang baik untuk menolong bangsanya karena
saat itu orang-orang sedang lengah. Lalu ia mendekati orang Egypt itu,
{فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ}
lalu Musa meninjunya dan matilah
musuhnya itu. (Al-Qashash: 15)
Menurut
Mujahid, makna wakazahu ialah memukulnya dengan kepalan tinjunya.
Qatadah mengatakan bahwa Musa memukul orang Egypt itu dengan tongkat yang
dipegangnya sehingga matilah dia, yakni pukulannya itu menyebabkan kematian
orang Mesir tersebut.
{هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ
عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ. قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي
فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ
عَلَيَّ}
Musa berkata, "Ini adalah
perbuatan setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi
nyata (permusuhannya).” Musa mendoa, "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri. Karena itu, ampunilah aku.”
Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Musa berkata, "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku.” (Al-Qashash: 15-17)
Yaitu sebagai rasa syukurku atas
kedudukan, kemuliaan, dan nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada diriku.
{فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ}
aku sekali-kali tiada akan menjadi
penolong bagi orang-orang yang berdosa. (Al-Qashash:
17)
Yakni orang-orang yang kafir
kepada-Mu lagi menentang perintah-Mu.
5. Tafsir isi atau menurut syara dalam kandungan dari surat al-Qashash 14
a. Dalam tafsir al- Azhar
Dan setelah cukup umurnya
dan dewasa, kami berikan kepadanya hukum dan ilmu.” (pangkal ayat 14). Telah
dapat dikira-kirakan bahwa kurang lebih 30 tahun dia menjadi anak angkat
firaun. Dari kecil dibesarkan dalam istana. Tetapi sejak itu pula ibunya sudah
biasa membawa pulang dari istana. Keluarga musa adalah sebagai keluarga bani
israil yaitu golongan yang tertindas dan dipandang hina.[15]
Lantaran itu, meskipun ia dianggap sebagai
orang istana dia tidak terpisah dari kaumnya.dia selalu melihat perlakuan yang
tidak adilyang dilakukan oleh kekuasaan firaun. Sebab itu maka
pengalaman-pengalaman yang pahit, yang dilihat, yang didengar, menambah
pengetahuannya tentang mana yang adil dan zalim. Bahwa kalau dia memegang hukum
maka dia tidak akan memutuskan begitu melaikan ia akan memutukan dengan yang baik.
“Dan demikianlah kami mengajari orang-orang
yang berbuat baik.”(ujung ayat 14). Pada ujung ayat ini dapat kita menggali
suatu kenyataan , bahwa disamping apa yang telah ditentukan oleh Alah bahwa
musa kelak kemudian hari akan dijadikan nabi, dengan kehendak tuhan yang telah
ada orang-orang yang berbuat baik, yang telah berhasil usahanya yang menjadi
seorang mengerti ilmu dan hukum.[16]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan mengenai tujuan pendidikan yang telah diuraikan di atas, Dapat kita ketahui bahwasanya Pendidikan
merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah
ditegaskan dalam Al-Qur’an. Dan pendidikan itu sendiri membantu proses transformasi
sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan
dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi
manusia yang berkualitas dengan tanpa mengesampingkan peranan
unsur-unsur lain dalam pendidikan seperti halnya akhlaqul karimah. Dalam proses
penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat,
dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu
perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral dan akhlaq
sebagai basis rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.
B. Saran
Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pendidikan
yang baik maka perlu adanya pemahaman terhadap dasar dan tujuan pendidikan
secara mendalam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.
DAFTAR PUSTAKA
A. soenarjo, dkk, Al
Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Thoha Putra, 1971
Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, Semarang:
Thoha Putra,
2003
Qomarudin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, Bandung: Diponegoro, 1986
Al-
Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Baerut: Dar al-Fikr, 1971
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an, Jakarta: Lentera
Hati, 2002
Pro. Dr. hamka, Tafsir Al- Azhar,(Singapore: Kerjaya
Printing Indrustries Pte Ltd, 2003
[3] Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, (Semarang:
Thoha Putra, tt), hlm.22-23
[4] Qomarudin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, (Bandung: Diponegoro, 1986),
hlm. 502.
[7] M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan,
Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002),
hlm. 79.
[10] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Op.cit., hlm. 26.
[11]
Pro. Dr. hamka, Tafsir Al- Azhar,(Singapore: Kerjaya Printing
Indrustries Pte Ltd,2003), hlm. 5210
[14]
Pro. Dr. hamka, Tafsir Al- Azhar,(Singapore: Kerjaya Printing
Indrustries Pte Ltd,2003), hlm. 5202
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Assalamualaikum Wr.wb
Pesan Berkomentar :
1. Mohon berkomentar yang baik, yang bertujuan untuk memperbaiki dan
bersifat membangun.
2. Dilarang berkomentar untuk yang tidak baik di blog ini atau yang
bertentangan dengan hukum yang berlaku.