Rabu, 14 Oktober 2015

Makalah Esensi Hakekat ilmu dalam Al-Qur'an




ESENSI HAKEKAT ILMU DALAM AL-QURAN

TAFSIR BEBERAPA AYAT

Makalah ini Ditulis Untuk Dipresentasikan Dalam Mata Kuliah:

Tafsir Tarbawi
Dosen Pembimbing:
Fauzi, S. Sos, MA

Penulis:
                         Joni
                                                                  ST. Mahfia Yusuf
          PAI IIIB
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
STAI IBNU SINA BATAM
                               T.A. 2015/2016
 


KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi yang insyaallah tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak terdapat banyak kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat kami butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.


Batam , 1 Oktober  2015

                                                                                                          Kelompok II,




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang............................................................................................ 4
B.  Rumusan masalah....................................................................................... 4
C.  Tujuan Pembelajaran.................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al- Mujadalah ayat 11....................................................................................... 6
B. Ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat Thoha ayat 114.............................................................................................................. 9
C. Ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat an- Namal ayat 15......................................................................................................... 12
D. Ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al-Qashash ayat 14......................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan................................................................................................ 22
B.  Saran........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt dibandingkan makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal pikirannya / kecerdasannya. Dengan kemampuannya ini manusia mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang.
Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kita sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas.
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai basis rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.
B.     Rumusan Masalah
1.   Bagaimana ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al- Mujadalah ayat 11?
2.   Bagaimana ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat Thoha ayat 114 ?
3.   Bagaimana ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat an- Namal ayat 15 ?
4.   Bagaimana ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al-Qashash ayat 14 ?
C. Tujuan Pembelajaran
1.   Untuk mengetahui ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al- Mujadalah ayat 11
2.   Untuk mengetahui ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat Thoha ayat 114
3.   Untuk mengetahui ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat an- Namal ayat 15
4.   Untuk mengetahui ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al-Qashash ayat 14
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pembahasan ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al- Mujadalah ayat 11
Surat al-Mujadalah terdiri dari 22 ayat, termasuk golongan surat Madaniyah diturunkan sesudah surat al-Munafiqun. Surat ini dinamai "al- Mujadalah" (wanita yang mengajukan gugatan), karena pada awal surat ini disebutkan  bantahan  seorang  wanita.  Dan  dinamai  juga    "al-Mujadalah", yang berarti perbantahan.[1]
1.      Ayat dan terjemah surat al- Mujadalah Ayat 11
يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْااِذَاقِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْافىِ المَجَلِسِ فَافْسَحُوْايَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ*
وَاِذَاقِيْلَ انْشُزُوْافَانْشُزُوْايَرْفَعِ اللهُ الَذِ يْنَ اَمَنُوْامِنْكُمْ*وَالَّذِّ يْنَ اُوْتُوْااْلعِلمَ
دَرَجَتٍ*وَاللهُ بِمَاتَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ[المجادلة 11]
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah SWT akan melapangkan (tempat) untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdiri, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan  Allah SWT  Maha Mengetahui apa  yang  kamu kerjakan". (QS.al- Mujadalah ayat : 11).[2]
2.      Mufradat (penjelasan kata) dari surat al- Mujadalah Ayat 11
a.       ( تَفَسَّحُ ): lapangkanlah, dan hendaknya sebagian kamu melapangkan kepada sebagian yang lain.
b.       ( يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ ): Allah melapangkan rahmat dan rezekinya untukmu
c.       ( انْشُزُوْا ): Bangkitlah untuk memberi kelapangan kepada orang-orang yang datang.
d.      ( فَانْشُزُوْا ): Bangkitlah kamu dan jangan berlambat-lambat.
e.       ( يَرْفَعِ اللهُ الَذِ يْنَ اَمَنُوْا ): Allah meninggalkan orang-orang yang beriman
f.          ( وَالَّذِّ يْنَ اُوْتُوْااْلعِلمَ دَرَجضتٍ ) : Dan Allah meninggikan orang-orang yang berilmu diantara mereka, khususnya derajat-derajat dalam kemuliaan dan ketinggian kedudukan.[3]
3.      Asbabun Nuzul dari surat al- Mujadalah Ayat 11
          Menurut Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bahwa ayat ini turun pada hari jum'at, di saat pahlawan-pahlawan Badar datang ke tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-tamu itu (pahlawan Badar) disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat itu merasa tersinggung perasaannya. Dan juga ayat ini turun sebagai perintah kepada kaum mukmin untuk mentaati perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama mukmin.[4]
4.      Munasabah dari surat al- Mujadalah Ayat 11
a.          Hubungan dengan surat al-Hadiid (sebelumnya).
             Pada surat al-Hadiid disebutkan beberapa Asmaul Husna, di antaranya "al-Bathin" dan "mengetahui segala sesuatu" sedang pada al-Mujadalah disebutkan bahwa Allah SWT mengetahui pembicaraan- pembicaraan yang dirahasiakan. Dan di akhir surat al-Hadiid disebutkan bahwa Allah SWT mempunyai karunia-Nya kepada wanita, yaitu dengan menghilangkan hal-hal yang merugikan pihak wanita pada hukum zhihar yang berlaku di kalangan Arab Jahiliyah.[5]
b.         Hubungan dengan surat al- Hasyr (sesudahnya)
             Pada akhir surat al-Mujadalah Allah SWT menyatakan bahwa agama Allah SWT akan menang, sedang pada permulaan surat al- Hasyr diterangkan salah satu kemenangan itu, yaitu pengusiran Bani Nadhir dari Madinah.
             Dalam surat al-Mujadalah Allah menyebutkan bahwa orang- orang yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya akan mendapat kebinasaan. Sedang dalam surat al-Hasyr  Allah SWT   menyebutkan bahwa orang-orang yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya akan mendapat azab yang sangat.[6]
5.      Tafsir isi kandungan dari surat al- Mujadalah Ayat 11
            Dalam pembahasan ini, penulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli tafsir (mufassir) sebagai berikut:
a.     Dalam tasir al- Misbah
Ayat ini menerangkan tentang perintah untuk memberi kelapangan dalam segala hal kepada orang lain. Ayat ini juga tidak menyebut secara tegas bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang  yang  berilmu.  Tetapi  menegaskan  bahwa  mereka  memiliki derajat-derajat yakni yang lebih tinggi dari sekadar beriman, tidak disebutkan kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimiliki itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu.[7] Yang dimaksud dengan الَّذِّ يْنَ اُوْتُوْااْلعِلمَ yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman jadi dua, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, yang kedua beriman, beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kedua kelompok ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan maupun keteladanan.[8]
Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan hanya ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dan dalam pandangan al-Qur'an ilmu tidak hanya ilmu agama, tetapi juga yang menunjukan bahwa ilmu itu haruslah menghasilkan rasa takut dan kagum pada Allah SWT,   yang   pada   gilirannya   mendorong   yang   berilmu    untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya          untuk kepentingan     mahkluk.[9]
b.      Dalam tafsir al- Maraghi
         Ayat ini mencakup pemberian kelapangan dalam menyampaikan segala macam kebaikan kepada kaum muslimin dan yang menyenangkannya. Dan Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang   mukmin   dengan   mengikuti    perintah-perintah-Nya,khususnya orang-orang yang berilmu di antara mereka, derajat-derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat-tingkat keridhaan.[10]

B.     Pembahsan ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat Thoha ayat 114
Surah Ta Ha (Arab: طه , Tā-Hā, "Ta Ha") adalah surah ke-20 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 135 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah. Surah ini dinamai Ta Ha, diambil ayat pertama surah ini. Sebagaimana juga yang lazim terdapat pada surah-surah yang memakai huruf-huruf abjad pada permulaannya, di mana huruf tersebut seakan-akan merupakan pemberitahuan Allah kepada orang-orang yang membacanya, bahwa sesudah huruf itu akan dikemukakan hal-hal yang sangat penting diketahui, maka demikian pula halnya dengan ayat-ayat yang terdapat sesudah huruf Ta Ha dalam surah ini. Allah menerangkan bahwa Al-Quran merupakan peringatan bagi manusia, wahyu dari Allah, Pencipta semesta alam. Kemudian Allah menerangkan kisah beberapa nabi; akibat-akibat yang telah ada akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Allah dan orang-orang yang mengingkari-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.
1.  Ayat dan terjemah surat Thaha ayat 114

      Artinya :
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Alquran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. (Q.S.Thaha:114).
2.  Mufradat (penjelasan kata) dari surat Thaha ayat 114
a.  فَتَعَلَى اللهُ: Maka Maha Tinggi Allah
b. اَ لْمَلِكُ اَلْحَقُ: Raja Yang sebenar-benarnya
c. ولا تعجل بالقرأن : Dan janganlah kamu tergesa-gesa (membaca) Alquran
d. من قبل أن يقضى: Sebelum disempurnakan
e. إِلَيْكَ: Kepadamu
f.  وَحْيُهُ: Mewahyukan
g.  وَقُل: Dan katakanlah
h.  رَّبِّ: Ya Tuhanku
i. زِدْنى: Tambahkanlah kepadaku
j. العلما: Ilmu (pengetahuan)
3. Asbabun Nuzul dari surat Thaha ayat 114
Dalam hadits Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah SAW menggerak-gerakkan bibirnya ketika wahyu diturunkan. Menghafal ayat-ayat Al-Qur’an mula-mulanya terlalu berat bagi  beliau. Itulah sebabnya ketika Jibril menyampaikan wahyu itu Rasulullah SAW segera saja mengikuti dengan gerakan lidah dan bibirnya karena takut luput dari ingatan; padahal Jibril belum selesai membaca. Hal  ini  terjadi sebelum turunnya Surah Taha, dan semenjak adanya teguran Allah dalam Ayat  ini  tentu beliau sudah tenang dalam menerima wahyu tidak perlu cepat-cepat menangkapnya
4. Munasabah surat dari surat Thaha ayat 114
a.    Hubungan dengan surat Qiyamah ayat 16-19 Alloh berfirman (sesudahnya)
لاتحرك به لسانك لتعجل به , إن علينا جمعه وقرأنه, فإذا قرأناه فاتبع قرأنه,ثم إن علينا بيانه
Artinya:“Janganlah engkau gerakkan lisanmu untuk (membaca) Al Qur’an,sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacannya itu. Kemudian,sesungguhnya  atas tanggungan Kamilah penjelasannya”
5.   Tafsir atau menurut syara isi kandungan dari surat Thaha ayat 114
         Dalam pembahasan ini, penulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli tafsir (mufassir) sebagai berikut:
a.             Dalam tafsir Ibnu Katsir
 Di dalam tafsir Ibnu Katsîr (tt:279) dijelaskan, Allah berfirman : “janganlah engkau tergesa-gesa membaca al-Qur`ân sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, hai Muhammad”.
b.            Tafsir Al- Mishbah.
Dalam ayat 114 ini juga merupakan tuntutan kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk tidak membacakan, yakni menjelaskan makna pesan – pesan Al – Qur’an kepada sahabat – sahabat beliau setelah jelas untuk beliau maknanya, baik setelah merenungkankannya secara sungguh – sungguh maupun sebelum datangnya malaikat Jibril as untuk mengajarkan kepada beliau tentang maknanya.

C.     Pembahasan ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat an- Namal ayat 15
Nama surat ini An-naml yang berarti semut ,surat an-namal memiliki 93 ayat dan surat ini turun dimekah.  surat yaitu karena bernama semut itu ada dalam ayat 18 dan 19, seketika seekor semut itu berkata pada temannya agar mereka bersembunyi dalam sarang-sarangnya karena tentara nabi sulaiman akan melalui tempat ini dan jangan sampai mereka hancur terinjak tentara-tentaranya itu. Lalu diterangkan dalam ayat 19 bahwa apa yang dikatakan seekor semut itu didengar oleh Nabi sulaiman karena Nabi faham dan artinya, lalu beliau bersyukur kepada Allah atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan Allah kepadanya.
1.      Ayat dan terjemah surat al- Namal Ayat 15

      Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman".
2.      Mufradat (penjelasan kata) dari surat al- Namal Ayat 15
a.       ولقَدْ اتَيْنَا داودوسُلَيْمان: Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Daud dan Sulaiman.
b.      :عِلْمًا ilmu
c.       و قالاً: dan keduanya mengucapkan
d.      الحمدُ للهِ الَّذِى فَضَّّلْنَا: segala puji bagi Allah yang telah melebihkan kami dengan dan ditundukkannya jin, manusia dan setan-setan.
e.       على كثيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ : dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.
3.      Asbabun Nuzul dari surat dari surat al- Namal Ayat 15
Tentang kerajaaan Daud dan uteranya Sulaiman. Artinya nabi-nabi dan rasul-rasul Allahpun pernah mencapai kekuatan dan kekuasaan sebagai fir’aun itu pula, namun mereka tidaklah sombong karena mendapat nikmat Allah itu, melainkan bersyukur. Dalam pada itu , diwaktu ia mencapai puncak kebesaran dan kekuasaan itu, tidak lupa beliau melakukan dakwah. Malahan seorang raja perempuan di zamannya, Ratu dari bangsa arab purbakala yang memerintah di negeri saba’ akhirnya takluk dan berlindung ke bawah panji-panji kerajaan besar sulaiman dan menukar agamanya yang tadinya menyembah matahari kepada menyembah Allah.
 Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menulis surat yang isinya: “Sesunggunya Allah tidak memberikan nikmat kepada hamba-Nya, lalu ia memuji Allah karenanya melainkan pujiannya itu lebih utama daripada nikmat-Nya itu sekalipun engkau tidak mengetahui hal tersebut kecuali di dalam kitab Allah yang diturunkan.”

4.      Munasabah dari surat al- Namal Ayat 15
a.       Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surah
1)      Dalam surat al- Namal Ayat 15
 yang Artinya : dan sesungguhnya telah kami berikan ilmu kepada daud dan sulaiman. Dan keduanya telah mengatakan: segala puji-pujian bagi Allah yang telah melebih utamakan kami dari hamba-hambanya yang beriman
2)      Dalam surat al- Namal Ayat 16
Yang artinya: Dan sulaiman yang mewarisi daud dan dia pernah berkata: wahai manusia! Telah diajarkan kepada kami percakapan burung dan telah dianugerahkan kepada kami dari segala sesuatu. Sesungguhnya ini adalah benar-benar suatu kurnia yang nyata. 
            Dengan dilihat ayat 15 beliau diberi Allah ilmu-ilmu yang perlu didalam memimpin rakyat, memimpin perajurit-perajurit yang tangkas dimedan perang, nabi dan raja daud ahli membuat baju besi, dan pandai memainkan musik dengan suara merdu yang nyanyiannya penuh dengan pujian-pujian kepada ilahi. Demikian juga sulaiman terkenal dalam berbagai ilmu dan sulaiman memiliki kelebihan yang melebihi ayahnya. Dan raja nabi beranak itu mensyukuri kepada tuhan atas nikmat yang dianugerahkan Allah kepada mereka diantara hamba-hamba Allah yang beriman. Maka selanjutnya ayat16 mewarisi disini adalah ilmu pengetahuan yang diberi Allah kepada nabi sulaiman yaitu mendengar perkataan binatang dll. Oleh karena ilmu khusus itu yang dianugerahkan Allah kepada nabi sulaiman maka tanda bersyukur kepada Allah tidak ia smbunyikan.[11]
5.      Tafsir atau menurut syara isi kandungan dari surat al- Namal Ayat 15
a.       Dalam Tafsir Al- Azhar
“Dan sesungguhnya telah kami berikan ilmu kepada daud dan sulaiman” (pangkal ayat 15) Di dalam ayat ini ilmu pengetahuan disebutkan yaitu secara umum bukan secara khusus, sebab itu beliau sebagai kepala negara , beliau di beri Allah ilmu dalam memimpin rakyat, dan Nabi dan raja daud ahli dalam membuat baju besi untuk untuk dipakai berperang dan sebagai sebuah negara besar, maka raja harus pandai bermain musik .[12]
Demikian juga putra beliau sulaiman. Nabi dan raja sulaiman ini pun terkenal dalam berbagai ilmu bahkan banyak hal yang melebihi ayahnya. Misalnya diajarkan tuhan untuk mengetahui bunyi burung apa artinya. Dan kelebihan dia dari ayahnya karena beliaupun memiliki ilmu itu dapat menundukkan jin-jin halus yang dapat diperintahnya: dan keduanya telah m[13]engatakan: segala puji-pujian bagi Allah yang telah melebih utamakan kami dari hamba –hambanya yang beriman!(ujung ayat 15).
Ujung ayat ini menyatakan bahwa raja-nabi dua beranak itu bersyukur kepada tuhan atas nikmat yang telah dianugerahkan allah kepada mereka, diantara hamba-hamba Allah yang beriman.Disini pula ayat Allah memberikan tuntunan kepada manusia, bahwa apabila mereka mendapat nikmat kerajaan dan kekuasaan. Hendaklah mereka bersyukur dan janganlah menyombong.
b.      Dalam Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala mengabarkan tentang nikmat yang diberikan kepada dua orang hamba dan Nabi-Nya yaitu Dawud dan puteranya, Sulaiman as. untuk itu Allah berfirman: wa laqad aatainaa daawuuda wa sulaimaana ‘ilmaw wa qaalal hamdulillaaHil ladzii fadl-dlalanaa ‘alaa katsiirim min ‘ibaadiHil mu’miniin (“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.”)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menulis surat yang isinya: “Sesunggunya Allah tidak memberikan nikmat kepada hamba-Nya, lalu ia memuji Allah karenanya melainkan pujiannya itu lebih utama daripada nikmat-Nya itu sekalipun engkau tidak mengetahui hal tersebut kecuali di dalam kitab Allah yang diturunkan.”
Allah Ta’ala berfirman: wa laqad aatainaa daawuuda wa sulaimaana ‘ilmaw wa qaalal hamdulillaaHil ladzii fadl-dlalanaa ‘alaa katsiirim min ‘ibaadiHil mu’miniin (“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.”) nikmat manakah yang lebih utama dibandingkan dengan apa yang diberikan kepada Dawud dan Sulaiman as.
D.     Pembahasan ayat, terjemah, mufradat, asbabun nuzul, maunasabah dan tafsir atau menurut syara dalam surat al-Qashash ayat 14
Nama surat ini ialah al Qashash yang berarti beberapa cerita. Surat ini diturunkan di Makkah berjumlah 88 ayat. Dan nama ini diambil dari kalimat al Qashash yang tersebut ayat 25 yaitu menceritakan bahwa nabi musa sampai ke negeri maydan, bertemu ayah dan kedua anak perempuan yang ditolongnya menimba air untuk minum kambingnya itu diceritakannyalah segala kisah tentang dirinya itu dan memanglah surat yang satu ini juga berisi pengalaman dan perasaaan nabi musa.dan kemudian di penutup ada lagi kisah yaitu Qarun.
1.      Ayat dan terjemah surat al-Qashash 14
Artinya: Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
2.      Mufradat (penjelasan kata) dari surat al-Qashash 14
a.       و لمّا بلغ أشدّه : Dan setelah Musa cukup umur
b.      واسْتوى : Dan sempurna akalnya
c.       اتينا حكما : Kami berikan kepada-Nya hikmah
d.      و علما : Dan ilmu
e.       و كذلك : Dan demikianlah
f.       فجزى المحسنين : Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
3.      Asbabun Nuzul dari surat al-Qashash 14
Sebab-sebab diturunkan ayat ini pada saat itu terdapat sebuah raja yang kuat dan zalim pada saat itu. Dan pada saat itu juga musa lahir dalam golongan bani israil yaitu golongan yang hina oleh karena itu Musa dihanyautkan oleh ibunya ke sungai nil, dan ketika itu ditemukan ia oleh istri raja firaun dan musa dibawa ke istana . Disana Musa dididik di bawah bimbingan dan penjagaan Allah SWT. Pendidikan Musa dimulai di rumah Fir'aun di mana di dalamnya terdapat ahli pendidikan dan para pengajar.  secara sederhana Fir'aun rnampu mengumpulkan para pakar pendidikan dan para cendekiawan. Demikianlah hikmah Allah SWT berkehendak agar Musa terdidik di bawah pendidikan yang besar dan ditangani pakar-pakar pendidikan yang terlatih. Ironisnya, hal ini terjadi di rumah musuhnya yang pada suatu hari nanti akan hancur di tangannya, sebagai bentuk pelaksanaan dari perintah Allah SWT.
Musa tumbuh di rumah Fir'aun. Beliau mempelajari ilmu hisab, ilmu bangunan, ilmu kimia, dan bahasa. Beliau tidur di bawah bimbingan agama. Oleh karena itu, Musa tidak mendengar omongan kosong yang dikatakan oleh pendidik tentang ketuhanan Fir'aun. Jarang sekali ia mendengar bahwa Fir'aun adalah tuhan. Beliau pun menepis pernyataan dan anggapan ini. Beliau tinggal bersama Fir'aun di satu rumah. Beliau mengetahui lebih daripada orang lain bahwa Fir'aun hanya sekadar manusia biasa tetapi ia orang yang lalim. Musa mengetahui bahwa ia bukanlah anak dari Fir'aun. Beliau adalah salah seorang dari Bani Israil. Beliau menyaksikan bagaimana pengawal-pengawal Fir'aun dan para pengikutnya menindas Bani Israil. Akhirnya, Musa tumbuh besar dan mencapai kekuatannya.
4.      Munasabah dari surat al-Qashash 14
a.       Hubungan dengan surat an- Namal ayat 10 (sebelumnya).
           Pada ujung ayat surat an- namal Yaitu memberikan isyarat kepada nabi musa bahwa seorang hamba allah dipanggil untuk mendekatinya , pastilah akan mendapat ujian semacam itu. Dan itu tidak apa-apa, karena itu semata-mata perkembangan dari pada kenaikan martabat jiwa, bertambah tinggi martabat jiwa , bertambah banyak bertemu yang ganjil  maka bertambah biasalah diri menghadapinya , sehingga keballah jiwa itu dan pantas menerima gelar Rasul Allah[14]
b.      Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surah
    Setelah menceritakan tentang masa bayi Musa, lalu Allah menceritakan masa dewasanya; bahwa setelah Musa berusia dewasa, Dia menganugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu. Menurut Mujahid ditafsirkan dengan kenabian.
{وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ}
Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Qashash: 14)
     Selanjutnya Allah menceritakan penyebab atau latar belakang yang menghantarkan Musa sampai kepada tingkatan kenabian dan diajak berbicara langsung oleh-Nya sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan untuknya, yaitu keterlibatannya dalam kasus pembunuhan terhadap seorang Egypt. Peristiwa inilah yang melatarbelakangi keluarnya dia dari negeri Mesir menuju ke negeri Madyan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا}
Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah. (Al-Qashash: 15)
     Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas, bahwa hal tersebut terjadi antara waktu magrib dan isya. Ibnul Munkadir meriwayatkan dari Ata ibnu Yasar, dari Ibnu abbas bahwa hal itu terjadi di tengah hari. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair Ikrimah, As-Saddi, dan Qatadah.
{فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلانِ}
maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi. (Al-Qashash: 15)
    Yakni keduanya terlibat dalam perkelahian saling memukul dan saling memaki.
{هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ}
yang seorang dari golongannya. (Al-Qashash: 15)
Yaitu dari kalangan kaum Bani Israil.
{وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ}
dan seorang (lagi) dari musuhnya. (Al-Qashash: 15)
    Yakni dari kaum Egypt. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Qatadah, As-Saddi, dan Muhammad ibnu Ishaq. Lalu orang Bani Israil meminta tolong kepada Musa a.s., dan Musa menjumpai kesempatan yang baik untuk menolong bangsanya karena saat itu orang-orang sedang lengah. Lalu ia mendekati orang Egypt itu,
{فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ}
lalu Musa meninjunya dan matilah musuhnya itu. (Al-Qashash: 15)
     Menurut Mujahid, makna wakazahu ialah memukulnya dengan kepalan tinjunya. Qatadah mengatakan bahwa Musa memukul orang Egypt itu dengan tongkat yang dipegangnya sehingga matilah dia, yakni pukulannya itu menyebabkan kematian orang Mesir tersebut.
{هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ. قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ}
Musa berkata, "Ini adalah perbuatan setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).” Musa mendoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri. Karena itu, ampunilah aku.” Maka Allah mengampuni­nya, sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Musa berkata, "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku.” (Al-Qashash: 15-17)
    Yaitu sebagai rasa syukurku atas kedudukan, kemuliaan, dan nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada diriku.
{فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ}
aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa. (Al-Qashash: 17)
Yakni orang-orang yang kafir kepada-Mu lagi menentang perintah-Mu.
5.      Tafsir  isi atau menurut syara dalam kandungan dari surat al-Qashash 14
a.       Dalam tafsir al- Azhar
Dan setelah cukup umurnya dan dewasa, kami berikan kepadanya hukum dan ilmu.” (pangkal ayat 14). Telah dapat dikira-kirakan bahwa kurang lebih 30 tahun dia menjadi anak angkat firaun. Dari kecil dibesarkan dalam istana. Tetapi sejak itu pula ibunya sudah biasa membawa pulang dari istana. Keluarga musa adalah sebagai keluarga bani israil yaitu golongan yang tertindas dan dipandang hina.[15]
   Lantaran itu, meskipun ia dianggap sebagai orang istana dia tidak terpisah dari kaumnya.dia selalu melihat perlakuan yang tidak adilyang dilakukan oleh kekuasaan firaun. Sebab itu maka pengalaman-pengalaman yang pahit, yang dilihat, yang didengar, menambah pengetahuannya tentang mana yang adil dan zalim. Bahwa kalau dia memegang hukum maka dia tidak akan memutuskan begitu melaikan ia akan memutukan dengan yang baik.
  “Dan demikianlah kami mengajari orang-orang yang berbuat baik.”(ujung ayat 14). Pada ujung ayat ini dapat kita menggali suatu kenyataan , bahwa disamping apa yang telah ditentukan oleh Alah bahwa musa kelak kemudian hari akan dijadikan nabi, dengan kehendak tuhan yang telah ada orang-orang yang berbuat baik, yang telah berhasil usahanya yang menjadi seorang mengerti ilmu dan hukum.[16]    


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai tujuan pendidikan yang telah diuraikan di atas, Dapat kita ketahui bahwasanya Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an. Dan pendidikan itu sendiri membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan seperti halnya akhlaqul karimah. Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral dan akhlaq sebagai basis rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.

B.     Saran
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik maka perlu adanya pemahaman terhadap dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.






DAFTAR PUSTAKA

A. soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Thoha Putra, 1971
Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, Semarang: Thoha Putra,
2003
Qomarudin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, Bandung: Diponegoro, 1986
Al- Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Baerut: Dar al-Fikr, 1971
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Pro. Dr. hamka, Tafsir Al- Azhar,(Singapore: Kerjaya Printing Indrustries Pte Ltd, 2003











[1] A. soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1971), hlm.
885.

[2] Ibid., hlm. 913
[3] Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Thoha Putra, tt), hlm.22-23
[4] Qomarudin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, (Bandung: Diponegoro, 1986), hlm. 502.

[5] Ibid., hlm. 907.
[6] Ibid., hlm. 913
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 79.
[8]Ibid.,

[9] Ibid., hlm. 80.
[10] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Op.cit., hlm. 26.
[11] Pro. Dr. hamka, Tafsir Al- Azhar,(Singapore: Kerjaya Printing Indrustries Pte Ltd,2003), hlm. 5210
[12] Ibid., hlm. 5208
[13] Ibid., hlm. 5209
[14] Pro. Dr. hamka, Tafsir Al- Azhar,(Singapore: Kerjaya Printing Indrustries Pte Ltd,2003), hlm. 5202

[15] Ibid., hlm. 5309
[16] Ibid., hlm. 5310
Load disqus comments

0 komentar