Sabtu, 19 September 2015

(Makalah Filsafat Ilmu dan logika )



LOGIKA
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
”Filsafat Ilmu dan Logika”
Dosen Pembimbing:
Sumianti, S.Sos, MM

Di susun Oleh:
1.      Azzam
2.      bahtiar
3.      joni
4.      salisa
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM IBNU SINA BATAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
( PAI ) II B
2015


KATA PENGANTAR

            Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. berkat rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu dan Logika. Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dan Logika.
Kami menyadari pada saat penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari segala pihak. karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sumianti, S.Sos, MM selaku Dosen mata kuliah Program Studi Filsafat Ilmu dan Logika, dan kepada teman-teman yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
           Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian kiranya semoga makalah yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

                                                                               

                                                                                             Batam, 28 April 2015

                                            
                                                                                                                                                Kelompok I


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i                     
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang.......................................................................................... 4
B.  Rumusan masalah...................................................................................... 5
C.  Tujuan Pembelajaran.................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Logika....................................................................................... 6
B. Macam-macam Logika................................................................................ 7
C. Hal-hal yang Di Perhatikan Dalam Berpikir Logika................................... 8
D. Kegunaan Logika....................................................................................... 15
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan................................................................................................ 16                              
B.  Saran.......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
            Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal dan tidak logis adalah sebaliknya.
Ilmu kita pelajari karena bermanfaat yang hendak kita ambil, lalu apakah manfaat yang didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika.
     Sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah, logika lahir dari pemikir-pemikir Yunani yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam perkembangannya, logika telah menarik minat dan dipelajari secara luas oleh para filosof. Logika juga menarik minat filosof-filosof muslim sehingga menjadi pembahasan yang menarik dalam masalah agama.
       Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar.
      Banyak permasalah dihadapan kita yang dapat kita cari solusinya dengan cara menggunakan logika. Tetapi tidak semua masalah dapat kita selesaikan dengan menggunakan logika. Dengan demikian kami menggangkat logika sebagai bahan bahasan dalam makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang menarik dan mengandung daya positif.
      
B.     RUMUSAN MASLAH
1.         Apa Pengertian Logika ?
2.         Apa saja macam-macam Logika ?
3.         Apa saja Hal-hal yang Di Perhatikan Dalam Berpikir Logika ?
4.         Bagaimana Kegunaan Logika ?
C.    TUJUAN PEMBELAJARAN
1.         Untuk Mengetahui Pengertian Logika.
2.         Untuk Mengetahui Macam-macam Logika.
3.         Untuk Mengetahui Hal-hal yang Di Perhatikan Dalam Berpikir Logika.
4.         Untuk Mengetahui Kegunaan Logika.






BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Logika
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus.[1] Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin:logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.[2] Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.
Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan.
 Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis.Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-
hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.

Menurut defenisi logika, logika ialah ilmu tentang pedoman ( peraturan ) yang dapat menegakkan pikiran dan menunjukkan kepada kebenaran dalam lapangan yang tidak bisa dijamin kebenarannya.
Tidak hanya de facto , menurut kenyataannya kita sering berfikir, secara de jure. Berpikir tidak dapat dijalankan semau-maunya. Realitas begtu banyak jenis dan macamnya, maka berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Pikiran diikat oleh hakikat dan struktur tertentu, hingga kini belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hokum-hukum tertentu.
Memang sebagai perlengkapan ontologisme, pikiran kita dapat bekerja secara spontan, alami, dan dapat menyelesaikan fungsi dengan baik, lebih-lebih dalam hal yang biasa, sederhana, dan jelas. Namun, Tidak demikianlah halnya apabila menghadapi bahan yang sulit, berliku-liku dan apabila harus mengadakan pemikiran yang panjang dan sulit sebelum mencapai kesimpulan.
Dalam situasi seperti ini dibutuhkan adanya yang formal, pengertian yang sdara akan hokum-hukum pikiran beserta mekanismenya secara eksplisit. Maksudnya hokum-hukum pikiran beserta mekanisme dapat digunakan secara sadar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu.

  1. Macam-macam Logika
Dalam filsafat logika terdapat didalamnya banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri terdapat  juga macam-macamnya yaitu :
1. Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.

         2. Logika Ilmiah
Logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi.

  1. Hal-hal yang Di Perhatikan Dalam Berpikir Logika.
Dalam berpikir logika digunakan untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis dan dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu.[3] Untuk itu di Dalam berpikir logika ada juga hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya tiga hal yakni:
1.      Aturan Cara Berpikir yang Benar.
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu:
a.       Mencintai kebenaran.
   Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut,meningkatkan mutu penalarannya, dan menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai ruh-ruh yang akan menyeleweng dari yang benar. Misalnya menyederhanakan kenyataan, menyempitkan cakrawala, berpikir terkotak-kotak dan sebagainya.
   Cinta terhadap kebenaran diwujudkan dalam kerajinan serta diwujudkan dalam kejujuran, yakni diposisi atau sikap kejiwaan yang selalu siap sedia menerima kebenaran meskipun berlawanan dengan prasangka dan keinginan atau kecendrungan prbadi atau golongannya.
   Dengan hal tersebut sebaiknya kita mewaspadai kecendrungan manusia untuk selalu siap sedia menerima sesuatu sebagai benarhal yang dikehendakinya sebag benar. Sehingga kewajiban mencari kebenaran adalah tuntutan intrinsic manusia untuk merealisasikan manusia menurut tuntutan keluhuran keinsaniannya. Oleh karena itu, banyak menyebabkan kesenjangan penyempitan perspektif, hakikatnya tidak sesuai dengan keluhuran insani. Hak mencari kebenaran mencakup juga kewajiban patuh kepada kebenaran-kebenaran yang ditemukan oleh orang lain.   
b.      Ketahuilah apa yang sedang anda kerjakan.
Kegiatan yang sedng dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Suruh aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus menerus mengejar kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Seandainya saja intelek kita intuitif, pada setiap langkah, kita dapat melhat kebenaran secara langsung tanpa terlebih dahulu memburunya melelui proses yang berbelit-belit dan banyak seluk-beluknya. Pada taraf hidup kita didunia ini, sifat intelek kita diskursif, dan hanya dalam beberapa hal agak sedikit intuitif. Karena untuk mencapai kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam langkah dan kegiatan. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui betul semuanya itu supaya dapat melaksanakannya dengan tepat dan seksama.      
c.       Ketahuilah apa yang sedang anda katakan.
   Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata. Kecermatan pikiran terungkap kedalam kecermatan kata-kata. Karenanya kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuat yang tidak boleh ditawar lagi. Kita semua perlu menguasai ungkapan pikiran kedalam kata tersebut, baik yang eksplisit maupun yang implisit. Sehingga kita harus mengetahui dengan betul dan seksama mengenai isi (Komprehensif), lingkungan( ekstensi),arti fungsional (suposisi), dan istilah (term) yang digunakan. Karena itu istilah merupakan unsur penalaran.
   Untuk itu waspadalah terhadap term-term (ekuivokal) yaitu bentuk sama tetapi artinya berbeda, (analogis) yaitu bentuk sama, tetapi arti  sebagian sama sebagian berbeda. Untuk itu perlu selalu diperhatikan ampliasi (pembesaran suposisi), dan apelasi ( pembatasan suposisi). Senantiasa kejarlah univokalitas (kesamaan bentuk , kesamaan arti) dari term-term yyang dipakai.
d.       Buatlah distingsi dan pembagian yang semestinya.
   Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih mempunyai bentuk yang sama, namun tidk identic. Disinilah perlunya dibuat suatu distingsi, yaitu suatu pembedaan.
   Dan juga perlu diadakan pembagian. Jika membuat pembagian, peganglah suatu prinsip pembagian yang sama, jangan sampai anda menjumlahkan bagian atau aspek dari suatu realitas begitu saja tanpa berpegang pada suatu prinsip pembagian yang sama. Sehingga dapat menimbulkan resiko yaitu akan timbulya pikian yang kacau-balau. Oleh karena itu kita jangan pernah mencampuradukkan sesuatu dengan menggelapkan sesuatu.       
e.       Cintailah defenisi yang tepat.
Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang akan diungkapkan atau sebagaimana yang dimaksudkan. Oleh karena itu jangan segan mebuat defenisi. Defenisi harus diburu hingga tertangkap. Defenisi artinya pembatasan, yakni membuat jelas batasan-batasan sesuatu. Harus dihindari kalimat-kalimat dan uraian-uraian yang gelap , tidak terang strukturnya, dan tidak jelas artinya . Cintailah cara berpikir yang terang, jelas, dan tajam membeda-bedakan, hingga terang yang dimaksud.     
f.       Ketahuilah mengapa anda menyimpulan begini atau begitu
Ketahuilah mengapa kita berkata begini dan begitu. sebenarnya kita harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi, dan konsekuen-konsekuensi dari suatu penuturan , pernyataan, atau kesimpulan yang kita buat. Sering terjadi banyak orang yang tidak tahu apa yang mereka katakan dan mengapa mereka berkata menyatakan begitu. Jika bahan yang ada tidak ada atau kurang cukup menarik kesimpulan, hendaknya orang-orang menahan diri untuk tidak membuat kesimpulan atau membuat pembatasan-pembatasan dalam kesimpulan.  
g.      Hindari kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga,  serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran.
  Dalam belajar logika ilmiah kita tidak hanya ingin tahu tentang hokum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran sekedar untuk tahu saja, kita juga harus mengetahui yang lain diantaranya yaitu :
1)      Dalam praktik, yaitu berpikir sesuai dengan hokum, prinsip, bentuk berpikir yang betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses perubahan keadaan. Jika dengan berjalan dengan secara logis orang dapat kehilangan pandangan yang semestinya dan luas, dan dapat kehilangan pandangan yang meliputi seuruh sasarannya. Logika jangan dijadikan mekanik, dan mengembangkan kesanggupan untuk mengadakn evaluasi penilaian terhadap pemikiran orang lain serta sanggup menunjukkan kesalahannya. logika ilmiah melengkapi dan megantar kita untuk menjadi cakap dan sanggup berpikir kritis , yakni berpikir secara menentukan karena menguasai ketentuan-ketentuan berpikir yang baik.

2)      Selanjutnya sanggup mengenali jenis-jenis, macam-macam, nama-nam, sebab-sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari, juga menjelaskan segala bentuk dan sebab kesalahan dengan semestinya. 


2.      Klasifikasi.
Sebuah konsep klasifikasi, seperti panas dan dingin, hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep perbandingan, seperti lebih panas atau lebih dingin, hal ini mengemukakan hubungan mengenai objek tersebut dalam norma yang mencakup pengertian yang lebih atau kurang, dibandingkan objek lain. jauh sebelum ilmu mengembangkan temperature yang dapat diukur. Objek ini lebih panas dibandingkan dengan objek itu.
Konsep seperti ini mempunyai kegunaan yang sangat banyak contohnya pelamar pekerja yang terdiri dari 30 orang persyaratan telah ditentukan. Dari contoh ini ahli psikologi umpamanya dapat memutuskan bahwa ilmu orang dari pelamar mempunyai imajinasi yang baik. Sepuluh orang mempunyai imajinasi yang agak rendah, dan yang lainnya mempunyai imajinasi yang bisa dikatakan tak tergolong baik atau rendah. Konsep ini dapat kita gunakan sebagi perbandingan.
Kita dapat mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai imajinasi yang baik adalah lebih baik dibandingkan mereka yang mempunyai imajinasi yang buruk. Walaupun begitu andai kata ahli psikologi mengembangkan suatu metode perbandingan yang mampu menempatkan ketiga puluh orang tersebut dalam suatu urutan berdasarkan kemampuannya masing-masing, kita akan lebih mengetahui secara lebih baik banyak lagi tentang mereka dibandingkan dengan pengetahuan yang berdasarkan klasifikasi kuat, lemah, dan sedang.
Kita tak boleh mengecilkan kegunaan konsep klasifikasi terutama pada bidang-bidang dimana metode keilmuan dan metode kuantitatif belum berkembang. Sekarang psikologi telah mempergunakan metode kuantitatif secara lebih sering, namun masih terdapat daerah-daerah dalam psikologi dimana konsep perbandingan yang bisa diterapkan.
3.      Aturan Defenisi
   Defenisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseornag untuk memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata lain, menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk membahas tentang hakikatnya.
   Defenisi mempunyai peranan penting dalam pembahasan yang berkaitan dengan penjelasan tashawwurat dan pembatasan makna lafadz mufradah, dan disegi lain terkait dengan pembahasan tashdiqat dan lafadz murakkab.
   Sedangkan pengertian defenisi secara terminology adala sesuatu yang menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan karakterirtik khusus pada diri individu. Penulis memberi pengertian defenisi sebagai pengurai makna lafadz kulli karena lafadz juz’I tidak mempunyai pengertian terminology dengan adanya perubahan karakteristik yang konsisten yang menyertainya.
   Defenissi yang baik adalah jami’ wa mani ( menyeluruh dan membatasi ). hal ini sejalan dengan kata defenisi itu sendiri, yaitu membatasi. Salah satu contoh yang sering diungkapkan adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang adalah genus sedangkan berakal adalah differensia, pembeda utama manusia dengan makhluk-makhluk lain . Jadi, defenisi yang valid dalam logika perlu batasan yang jelas antara objek-objek yang didefenisikan.   

  1. Kegunaan Logika
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.[4] Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu.
            Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen.
Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir benar. Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan berpikir benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi, yang selanjutnya dikembangkan dalam bentuk silogisme.




BAB III
      PENUTUP
A.   Kesimpulan
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan.
Dalam filsafat logika terdapat juga didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu : logika Alamiah dan logika ilmiah. Dan Di Dalam berpikir logika ada juga hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya tiga hal yakni: Aturan Cara Berpikir yang Benar, Klasifikasi, Aturan Defenisi.
Dan Logika mepunyai beberapa kegunaan diantaranya yaitu membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan, Dan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu dan  juga mempunyai penerapan.
B.   Saran 
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar kami dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal.  Ilmu Filsafat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004.
Poespropojo, W.  Logika Scientifika “Pengantar Dialektika dan Ilmu”. Bandung:    Pustaka Grafika. 1999.
Hanafi, Ahmad. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang. 1990.


[1] Amsal Bakhtiar, Ilmu Filsafat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 212
[2] Ibid. 212
[3] W. Poespropojo, Logika Scientifika “Pengantar Dialektika dan Ilmu”, (Bandung: Pustaka Grafika, 1999), hal. 61
[4] Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1990 ), hal. 88





Load disqus comments

4 komentar